BANDA
ACEH – Partai Aceh akan memberhentikan secara tidak hormat Misbahul
Munir, Wakil Ketua DPRK Aceh Utara, yang mendaftarkan diri sebagai calon
Bupati Aceh Utara dari jalur perseorangan pada Pilkada 2011.
“Misbahul Munir melanggar kode etik dan pasal 4 AD/ART Partai
Aceh. Dan dapat di-PAW (Pergantian Antar Waktu) dalam waktu sesegera
mungkin,” kata Fachrul Razi, Juru Bicara Partai Aceh kepada The Atjeh
Post, Jumat (11/11).
Partai Aceh, kata Fachrul, sedang menyiapkan
berkas pemberhentian secara tidak hormat tersebut. “Dalam waktu dekat
akan ada pengganti Misbahul Munir (PAW) di DPRK. Serta akan ada Wakil
Ketua DPRK yang baru dari PA. Kita tunggu saja mekanisme Partai melalui
musyawarah dalam waktu dekat ini,” kata Fachrul Razi.
Dia
menambahkan, hal itu dilakukan karena Partai tidak menolerir adanya
kader yang berkhianat. Pemberhentian itu, kata Fachrul, juga sebagai
bentuk sikap tegas partai atas tindakan Misbahul.
“Padahal Partai
Aceh secara tegas telah menyatakan tidak mendaftar. Karena Pilkada
tidak ada dasar hukum dan bertentangan dengan UUPA," ujar Fachrul.
Sedangkan
Misbahul Munir sendiri kepada The Atjeh Post mengatakan, ia telah
mempertimbangkan segala konsekuensi, dan siap menerima hukuman dari
pimpinan Partai Aceh.
“Pertimbangan saya mendaftarkan diri,
mulanya begitu KIP membuka kembali pendaftaran pasangan calon baru paska
putusan sela MK (Mahkamah Konstitusi), saya beri kesempatan untuk
orangtua saya yaitu Partai Aceh untuk mendaftarkan calon,” katanya.
Sampai
Kamis malam atau malam terakhir masa pendaftaran, kata Misbahul Munir,
ternyata Partai Aceh tidak juga mendaftarkan pasangan calon bupati-wakil
bupati Aceh Utara. “Sebelum mendaftar, saya sudah konfirmasi kepada
orangtua kami (Partai Aceh). Setelah memastikan orangtua kami
benar-benar tidak mendaftar, maka kami pun mendaftarkan diri,” katanya.
Misbahul
Munir mengaku menyadari keputusannya ini akan beresiko terhadap
posisinya di Partai Aceh dan juga di DPRK Aceh Utara. “Mungkin dalam
waktu dekat saya akan direcall dari keanggotaan DPRK dari PA. Saya siap
menerima konsekuensi itu, saya siap menerima hukuman yang akan diberikan
Partai Aceh kepada saya,” katanya.
“Tapi saya tidak akan
mengundurkan diri dari jabatan wakil ketua DPRK, karena keberadaan saya
di DPRK atas pilihan dan keinginan rakyat. Kalau nantinya PA merecall
saya, tentu saya sudah siap menerima itu,” kata Misbahul Munir lagi.
Sementara Misbahul Munir menggandeng Ketua Umum
Asosiasi Geuchik Aceh Utara atau Asgara, Muksalmina, sebagai calon wakil
bupati yang jadi pasangannya untuk bertarung dalam pilkada kali ini.
“Saya sudah melihat sendiri, juga mempelajari dan mengevaluasi
tentang kinerja Muksalmina selama ini sebagai ketua umum Asgara,” kata
Misbahul Munir kepada The Atjeh Post setelah dia mendaftar di kantor
Komisi Independen Pemilihan Aceh Utara, Kamis malam (10/11).
“Pada intinya, Muksalmina punya program yang menyentuh langsung dengan permasalahan di gampong (desa). Ia sangat peduli dengan kondisi gampong dan masyarakat. Saya kira semua pihak harus mengakui bahwa pembangunan suatu daerah harus dimulai dari gampong, kalau gampong aman, (masyarakat) gampong sejahtera, maka kecamatan dan kabupaten juga akan sama,” kata Misbahul Munir lagi.
Selain sebagai ketua umum Asgara, Muksalmina sampai saat ini juga menjabat Geuchik Desa Alue Papeun, Tanah Jambo Aye, Aceh Utara. Sebelum memutuskan untuk maju sebagai pasangan dari Misbahul Munir, kata Muksalmina, ia sudah duduk dengan para geuchik dan jajaran Asgara.
“Hasil pertemuan tersebut memutuskan bahwa kita harus mengambil momentum ini, ikut maju (sebagai calon) untuk berbuat yang terbaik kepada masyarakat (kalau nantinya terpilih),” kata Muksalmina yang mendampingi Misbahul Munir.
Jauh hari sebelum Asgara menggelar pertemuan itu, kata Muksalmina, dirinya dan para geuchik lain di Aceh Utara sudah mencoba menyodorkan konsep kepada para pasangan calon bupati-wakil bupati Aceh Utara yang sudah mendaftar ke KIP.
“Ternyata tidak ada calon yang berani meneken pernyataan tertulis bahwa jika terpilih nanti akan melaksanakan konsep pembangunan gampong (desa) yang kami sodorkan itu. Maka jajaran Asgara pun bersikap untuk mengambil momentum pilkada ini, maju sebagai calon. Kalau tidak ada dukungan dari Asgara, saya tidak akan maju,” kata Muksalmina.
Ditanya mengapa sebagian besar pendukung yang mengantar mereka mendaftar ke KIP adalah para anak muda, sembari tersenyum Misbahul Munir mengatakan, “mungkin karena kami berdua juga anak muda”. “Ini ada juga dari kalangan ulama, teungku-tengku dayah,” sahut Muksalmina sambil melirik ke arah seorang teungku di sampingnya.
Sumber: atjehpost.com
“Pada intinya, Muksalmina punya program yang menyentuh langsung dengan permasalahan di gampong (desa). Ia sangat peduli dengan kondisi gampong dan masyarakat. Saya kira semua pihak harus mengakui bahwa pembangunan suatu daerah harus dimulai dari gampong, kalau gampong aman, (masyarakat) gampong sejahtera, maka kecamatan dan kabupaten juga akan sama,” kata Misbahul Munir lagi.
Selain sebagai ketua umum Asgara, Muksalmina sampai saat ini juga menjabat Geuchik Desa Alue Papeun, Tanah Jambo Aye, Aceh Utara. Sebelum memutuskan untuk maju sebagai pasangan dari Misbahul Munir, kata Muksalmina, ia sudah duduk dengan para geuchik dan jajaran Asgara.
“Hasil pertemuan tersebut memutuskan bahwa kita harus mengambil momentum ini, ikut maju (sebagai calon) untuk berbuat yang terbaik kepada masyarakat (kalau nantinya terpilih),” kata Muksalmina yang mendampingi Misbahul Munir.
Jauh hari sebelum Asgara menggelar pertemuan itu, kata Muksalmina, dirinya dan para geuchik lain di Aceh Utara sudah mencoba menyodorkan konsep kepada para pasangan calon bupati-wakil bupati Aceh Utara yang sudah mendaftar ke KIP.
“Ternyata tidak ada calon yang berani meneken pernyataan tertulis bahwa jika terpilih nanti akan melaksanakan konsep pembangunan gampong (desa) yang kami sodorkan itu. Maka jajaran Asgara pun bersikap untuk mengambil momentum pilkada ini, maju sebagai calon. Kalau tidak ada dukungan dari Asgara, saya tidak akan maju,” kata Muksalmina.
Ditanya mengapa sebagian besar pendukung yang mengantar mereka mendaftar ke KIP adalah para anak muda, sembari tersenyum Misbahul Munir mengatakan, “mungkin karena kami berdua juga anak muda”. “Ini ada juga dari kalangan ulama, teungku-tengku dayah,” sahut Muksalmina sambil melirik ke arah seorang teungku di sampingnya.
Sumber: atjehpost.com