BANDA
ACEH - Pengamat politik dan keamanan Aceh Aryos Nivada menilai, ketidak
sertaan Partai Aceh (PA) pada pencalonan kandidat di Pilkada
mendatang, justru PA telah menujukan sikap dewasa. Namun sebaliknya,
apabila sikap itu tidak dipertahankan, maka berdampak pada hilangnya
simpatik dan dukungan konstituen yang loyal pada PA.
"Ini akan mempertaruhkan marwah PA itu sendiri," kata Aryos kepada
The Atjehpost, jum'at (14/10). Menurut Aryos, ketidakikutsertaan PA
telah mencatat sejarah, serta telah merubah tatanan politik di Aceh.
"Ini
bisa menjadi pembelajaran bagi partai lainnya tidak perlu masuk dalam
kekuasaan eksekutif, bilamana opisisi menjadi pilihan politik," lanjut
Aryos.
Jadi, lanjutnya, tidak mungkin PA melakukan tindakan
yang mencerderai tatanan politik melalui boikot, apalagi situasional
perpolitikan Aceh sudah stabil.
"Kalau dilakukan maka akan
menghilangkan kedewasaan PA yang sudah menentukan sikap tidak
berpartisipasi dalam pilkada," jelas Aryos.
Dijelaskan, sedikitnya ada 5 hal penting ketika PA menarik diri sebagai Partai yang ikut Pilkada:
- tidak tertutup kemungkinan personal di internal PA mendukung kandidat resmi dalam pemilukada ke depannya.
- Komunikasi yang tidak harmonis akan terulang. Seperti pengalaman antar eksekutif dan legislatif acap kali melakukan balas pantun dan menampakan disharmonis.
- pada pelantikan gubernur baru bisa jadi PA tidak mendukung proses pelantikannnya.
- beralihnya dukungan pemilih yang awalnya mendukung PA beralih mendukung kandidat yang maju di pemilukada sekarang. Ketika ini terjadi, maka pada pemilu 2014 mendatang PA akan kehilangan sebagian besar suara.
- ke depannya Demokrat dan PPP akan sulit membangun komunikasi politik di internal parlemen, Karena keduannya mengambil sikap politik berbeda dari PA yang mayoritas kursi di parlemen di kuasi PA.[]
Sumber: atjehpost.com