Rumah Korban Penembakan - foto TGJ.co.id |
Banda Aceh — Medan atau tepatnya di Kecamatan Indrapuri, Kabupaten Aceh Besar. Sebelum menuju ke Gampong Seulangai, kami singgah di pasar buah membeli seikat
buah langsat yang kebetulan sedang panen raya di Indrapuri.
Kata penjual buah Langsat disitu, dari jalan besar masuk kedalam lebih kurang 10 km baru sampai ke tempat yang dituju.
Pematang
sawah di kanan kiri jalan menjadi pemandangan eksotik hingga ke
gampong Seulangai. Saat berlalu, kami menemui plastik merah yang
terpasang di pinggir jalan desa itu.
Kami sapa
masyarakat setempat dengan salam, sambil menanyakan rumah korban yang
meninggal akibat ditembak oleh TNI yang bertugas sebagai Komandan
Koramil Lamno, Kecamatan Jaya, Aceh Jaya pada Kamis (17/11) malam. Kami
tak salah langkah, dan akhirnya kami diterima masuk ke dalam rumah
korban.
Dalam rumah itu kami disambut orang
tua korban penembakan, adik kandungnya, mertuanya, istri korban dan anak
korban yang bernama Nelam Olivia masih berusia 22 bulan. Kemudian ada
juga beberapa kerabat korban di rumah panggung yang berlantai kayu itu.
Kami
memperkenalkan kepada keluarga yang sedang berduka itu. Sampai ambil
foto pun kami minta izin untuk dapat diperkenankan. Kadang “mata-mata
merah” dari kerabat almarhum sempat sekilas tertancap hingga kami pun
langsung melewati duka dan kembali mengingat suka.
Ini
kronologisnya menurut Nuraini mertua korban, Surya Darma. Kamis sore
sekitar pukul 17.00 WIB itu Nuraini mendatangi Azhar yang tinggal
menumpang di rumah milik Kapten Jafaruddin yang kini bertugas di Lamno,
Aceh Jaya. Jarak rumahnya sangat dekat, hanya 10 meter. Nuraini
menanyakan kepada Azhar soal sampah umpan kambing yang dibuang
disembarang tempat, apalagi mengena halaman rumah Nuraini.
Kemudian
Azhar yang juga warga Seulangai menampik ucapan Nuraini dengan kata
yang tidak baik. Langsung saja Ia kembali ke rumah. Lalu anaknya,
Aguswandi sempat mendengar ucapan itu dari kamar mandi. Selang beberapa
menit, tidak terima orang tuanya diomelin, Aguswandi mendatangi rumah
Azhar dan sempat bertengkar hingga sempat dilerai oleh Nuraini.
Sunyi
senyap sekitar satu jam. Merasa tidak puas, Aguswandi kembali
mendatangi Azhar. Saat itu senja mulai terbenam. Azhar tak mengubris.
Merasa kesal, lalu Aguswandi sempat memecahkan kaca di rumah yang
ditinggali Azhar. Ia pun bergegas dan entah kemana.
Saat
The Globe Journal menanyakan kronologis itu kepada Nuraini (56) dan
sejumlah kerabat di dekatnya, Minggu (20/11) tadi sore. “Kami tidak tahu
bagaimana polisi dan TNI bisa dapat informasi bahwa Aguswandi telah
memecahkan kaca di rumah Azhar,”sebut Nuraini. Kemungkinan besar istri
Azhar yang menelpon polisi dan Kapten Jafaruddin sang pemilik rumah.
Polisi
datang. Sekitar pukul 22.30 WIB, kamis malam itu pihak polisi masih di
rumah geuchik. Tak lama kemudian Kapten Jafaruddin muncul ke rumah
korban dan sempat berdebat dengan Nuraini soal kaca rumah yang pecah
itu. “Sebenarnya Jafaruddin yang merupakan warga Piyeueng, Aceh Besar
ini adalah saudara dekat saya melalui istri kapten. Ia juga sudah
dikarunia tiga orang anak,” sebut Nuraini.
Mungkin ada sedikit tersinggung dengan ucapan Nuraini. Sang kapten terus mencari Aguswandi.
Dicari
Aguswandi lalu datang pula yang lain. Setelah melakukan sholat Isya,
sang menantu Surya Darma yang sehari-hari bekerja mengolah pasir batu
turun dari rumah dan menjumpai Kapten Jafaruddin Juned. Korban sempat
meminta pelaku penembakan naik ke rumah untuk bicara baik-baik.
Versi
Nuraini kepada The Globe Journal, sang Kapten langsung menampar Surya
Darma yang belum tahu persoalan apa-apa. Merasa ada perlakukan kasar,
lalu si menantu juga menampar balik sang Kapten.
Muncul
versi masyarakat kepada The Globe Journal, sang Kapten dan si menantu
sempat berkelahi. Sehingga akhirnya terdengar dua kali suara tembakan
oleh Nuraini. Peluru pertama diduga tidak tepat sasaran dan peluru kedua
menancap di kepala Surya Darma dalam jarak dekat. Ia bersimbah darah.
Kemudian
sang Kapten pergi ke mobil dan berlalu. Selang beberapa menit muncul
polisi di lokasi kejadian pada tengah malam itu. Korban akhirnya dibawa
ke Puskesmas Indrapuri, lalu di bawa ke Rumah Sakit Kesdam dan akhirnya
dibawa ke Rumah Sakit Zainal Abidin untuk di visum.
Beberapa
saat kemudian, pada siang harinya tiba beberapa pejabat TNI dari Banda
Aceh ke rumah korban. Nuraini tidak mengingat satu persatu siapa pejabat
TNI itu. Lalu istri almarhum menerima uang senilai Rp 5 juta dari
pejabat TNI itu. Sebelumnya pihak keluarga juga menerima bantuan beras,
Indomie dan gula dari aparat TNI.
Sudah dua
hari selepas musibah. Keluarga tidak sempat menyampaikan keinginan saat
pejabat TNI itu datang kerumah. Namun melalui The Globe Journal, Hafni
(35) bersama anaknya Nelam Olivia (22 bulan) meminta agar TNI itu
membantu biaya pendidikan dan masa depan anak korban selama hidupnya.
“Ini
harus menjadi tanggung jawab TNI, soal hukuman terpulang kepada hukum
negara tapi masa depan anak korban harus ditanggung selama hidupnya,”
kata Marqam sang kakak ipar yang menguatkan keinginan Hafni.
Apalagi
besok, Senin (21/11) Nuraini dipanggil pihak Polisi Militer (POM) di
Banda Aceh terkait kasus ini. Menurut informasi dari pihak keluarga
korban, Kapten Jafaruddin itu sudah ditahan oleh POM Militer. Nuraini
akan datang ke POM untuk menjelaskan kronologis ini sebenar-benarnya. Ia
akan dikawal oleh kerabat keluarganya. Sumber: the globe journal.com
Berita Terkait:
Oknum TNI Tembak Mati Warga Indrapuri
Berita Terkait:
Oknum TNI Tembak Mati Warga Indrapuri