Senin, 21 November 2011

Kami Ingin Anak Dan Istri Korban Ditanggung Tentara Itu

Rumah Korban Penembakan - foto TGJ.co.id
Banda Aceh — Medan atau tepatnya di Kecamatan Indrapuri, Kabupaten Aceh Besar. Sebelum menuju ke Gampong Seulangai, kami singgah di pasar buah membeli seikat buah langsat yang kebetulan sedang panen raya di Indrapuri.

Kata penjual buah Langsat disitu, dari jalan besar masuk kedalam lebih kurang 10 km baru sampai ke tempat yang dituju.

Pematang sawah di kanan kiri jalan menjadi pemandangan eksotik  hingga ke gampong Seulangai. Saat berlalu, kami menemui plastik merah yang terpasang di pinggir jalan desa itu. 
Kami sapa masyarakat setempat dengan salam, sambil menanyakan rumah korban yang meninggal akibat ditembak oleh TNI yang bertugas sebagai Komandan Koramil Lamno, Kecamatan Jaya, Aceh Jaya pada Kamis (17/11) malam. Kami tak salah langkah, dan akhirnya kami diterima masuk ke dalam rumah korban. 
Dalam rumah itu kami disambut orang tua korban penembakan, adik kandungnya, mertuanya, istri korban dan anak korban yang bernama Nelam Olivia masih berusia 22 bulan. Kemudian ada juga beberapa kerabat korban di rumah panggung yang berlantai kayu itu.

Kami memperkenalkan kepada keluarga yang sedang berduka itu. Sampai ambil foto pun kami minta izin untuk dapat diperkenankan. Kadang “mata-mata merah” dari kerabat almarhum sempat sekilas tertancap hingga kami pun langsung melewati duka dan kembali mengingat suka. 

Ini kronologisnya menurut Nuraini mertua korban, Surya Darma. Kamis sore sekitar pukul 17.00 WIB itu Nuraini mendatangi Azhar yang tinggal menumpang di rumah milik Kapten Jafaruddin yang kini bertugas di Lamno, Aceh Jaya. Jarak rumahnya sangat dekat, hanya 10 meter. Nuraini menanyakan kepada Azhar soal sampah umpan kambing yang dibuang disembarang tempat, apalagi mengena halaman rumah Nuraini.

Kemudian Azhar yang juga warga Seulangai menampik ucapan Nuraini dengan kata yang tidak baik. Langsung saja Ia kembali ke rumah. Lalu anaknya, Aguswandi sempat mendengar ucapan itu dari kamar mandi. Selang beberapa menit, tidak terima orang tuanya diomelin, Aguswandi mendatangi rumah Azhar dan sempat bertengkar hingga sempat dilerai oleh Nuraini. 

Sunyi senyap sekitar satu jam. Merasa tidak puas, Aguswandi kembali mendatangi Azhar. Saat itu senja mulai terbenam. Azhar tak mengubris. Merasa kesal, lalu Aguswandi sempat memecahkan kaca di rumah yang ditinggali Azhar. Ia pun bergegas dan entah kemana. 

Saat The Globe Journal menanyakan kronologis itu kepada Nuraini (56) dan sejumlah kerabat di dekatnya, Minggu (20/11) tadi sore. “Kami tidak tahu bagaimana polisi dan TNI bisa dapat informasi bahwa Aguswandi telah memecahkan kaca di rumah Azhar,”sebut Nuraini. Kemungkinan besar istri Azhar yang menelpon polisi dan Kapten Jafaruddin sang pemilik rumah. 
Polisi datang. Sekitar pukul 22.30 WIB, kamis malam itu pihak polisi masih di rumah geuchik. Tak lama kemudian Kapten Jafaruddin muncul ke rumah korban dan sempat berdebat dengan Nuraini soal kaca rumah yang pecah itu. “Sebenarnya Jafaruddin yang merupakan warga Piyeueng, Aceh Besar ini adalah saudara dekat saya melalui istri kapten. Ia juga sudah dikarunia tiga orang anak,” sebut Nuraini. 

Mungkin ada sedikit tersinggung dengan ucapan Nuraini. Sang kapten terus mencari Aguswandi.
Dicari Aguswandi lalu datang pula yang lain. Setelah melakukan sholat Isya, sang menantu Surya Darma yang sehari-hari bekerja mengolah pasir batu turun dari rumah dan menjumpai Kapten Jafaruddin Juned. Korban sempat meminta pelaku penembakan naik ke rumah untuk bicara baik-baik. 

Versi Nuraini kepada The Globe Journal, sang Kapten langsung menampar Surya Darma yang belum tahu persoalan apa-apa. Merasa ada perlakukan kasar, lalu si menantu juga menampar balik sang Kapten. 
Muncul versi masyarakat kepada The Globe Journal, sang Kapten dan si menantu sempat berkelahi. Sehingga akhirnya terdengar dua kali suara tembakan oleh Nuraini. Peluru pertama diduga tidak tepat sasaran dan peluru kedua menancap di kepala Surya Darma dalam jarak dekat. Ia bersimbah darah. 

Kemudian sang Kapten pergi ke mobil dan berlalu. Selang beberapa menit muncul polisi di lokasi kejadian pada tengah malam itu. Korban akhirnya dibawa ke Puskesmas Indrapuri, lalu di bawa ke Rumah Sakit Kesdam dan akhirnya dibawa ke Rumah Sakit Zainal Abidin untuk di visum.

Jenazah korban tiba dirumah keluarga, Jum’at (18/11) sekitar pukul 08.00 WIB. Siang harinya korban di kebumikan di tanah keluarga desa setempat.

Beberapa saat kemudian, pada siang harinya tiba beberapa pejabat TNI dari Banda Aceh ke rumah korban. Nuraini tidak mengingat satu persatu siapa pejabat TNI itu. Lalu istri almarhum menerima uang senilai Rp 5 juta dari pejabat TNI itu. Sebelumnya pihak keluarga juga menerima bantuan beras, Indomie dan gula dari aparat TNI. 

Sudah dua hari selepas musibah. Keluarga tidak sempat menyampaikan keinginan saat pejabat TNI itu datang kerumah. Namun melalui The Globe Journal, Hafni (35) bersama anaknya Nelam Olivia (22 bulan) meminta agar TNI itu membantu biaya pendidikan dan masa depan anak korban selama hidupnya.

“Ini harus menjadi tanggung jawab TNI, soal hukuman terpulang kepada hukum negara tapi masa depan anak korban harus ditanggung selama hidupnya,” kata Marqam sang kakak ipar yang menguatkan keinginan Hafni. 

Apalagi besok, Senin (21/11) Nuraini dipanggil pihak Polisi Militer (POM) di Banda Aceh terkait kasus ini. Menurut informasi dari pihak keluarga korban, Kapten Jafaruddin itu sudah ditahan oleh POM Militer. Nuraini akan datang ke POM untuk menjelaskan kronologis ini sebenar-benarnya. Ia akan dikawal oleh kerabat keluarganya.  Sumber: the globe journal.com

Berita Terkait:
Oknum TNI Tembak Mati Warga Indrapuri

 
Design by Safrizal Ilmu Politik UNIMAL | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | cheap international calls
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...; linkwithin_text='Baca Juga:'; Related Posts with Thumbnails