- KPA: Teror Bukan Dilakukan Anggota KPA
BANDA ACEH - Elemen sipil mengutuk aksi teror granat yang marak terjadi
di Aceh dalam sepekan terakhir. Mereka menilai ada kejanggalan dalam
aksi tersebut dan semua pihak diimbau untuk memusuhi para pelaku teror
yang meresahkan tersebut. "Teror untuk tujuan apapun merupakan tindakan
yang sangat merugikan bagi kematangan demokrasi dan kemajuan pembangunan
di Aceh.
Dengan demikian pelaku teror harus ditempatkan sebagai musuh
bersama masyarakat Aceh," kata Kordinator KontraS Aceh, Hendra Fadli di
Banda Aceh, Jumat (2/12/2011). Peledakan granat yang terjadi di jalan
Daud Beureueh, Lamprit Banda Aceh pada Selasa 29 November dan Kamis 1
Desember malam, dinilai sebagai aksi teror yang bertujuan untuk
memunculkan keresahan masyarakat juga keresahan pada pihak-pihak
tertentu. Menurut Hendra, ada kejanggalan dalam aksi teror granat
belakangan ini, karena aksi ini justru terjadi di tengah mulai
berkurangnya kisruh atau polemik antar elit politik terkait Pemilukada.
"Patut diwaspadai teror tersebut bertujuan untuk memperuncing konflik
antar kekuatan politik yang selama ini berseteru di Aceh, sehingga jalan
kompromi dan rekonsilasi antar para pihak semakin tertutup," tutur
Hendra.
Elit politik yang berseteru selama ini diharapkan bertindak
rasional dan tidak gegabah dalam menuduh, demi terciptanya situasi yang
kondusif ditengah masyarakat. "Sangat tidak beradab jika ada
kekuatan-kekuatan politik tertentu atau pihak-pihak lain yang sengaja
membangun skenario kekerasan lalu mencari keuntungan dari keadaan
tersebut." Sementara itu Sekjen Forum LSM Aceh, Sudarman A Puteh,
menilai teror ini untuk menciptakan image kemanan buruk di Aceh. Ini
terlihat karena teror granat selama ini terjadi di pusat kota Banda
Aceh. Kota sebagai representasi yang biasanya menjadi indikator umum
bagi banyak pihak untuk menilai baik atau tidaknya situasi sebuah
daerahan.
Menjadikan sasaran teror pada salah satu sekretariat suksesi
calon Gubernur Aceh, dinilai sebagai upaya untuk mengaitkan aksi ini
seolah bagian dari dinamika Pilkada. "Tentu saja semua orang akan
mengaitkan teror ini bagian dari dinamika Pilkada Aceh dan kondisi ini
tidak boleh dibiarkan karena akan berdampak negatif terhadap pembangunan
Aceh dan berpengaruh buruk bagi banyak pihak," katanya. Masyarakat Aceh
diharap tetap tenang dan berusaha keras untuk tidak tergoyahkan oleh
pengkondisian kekerasan yang mulai digerakkan oleh pihak yang tak
bertanggungjawab itu. "Mari kita tempatkan aksi teror sebagai musuh
bersama. Minimal, masyarakat dapat memberikan informasi kepada
Kepolisian terdekat jika mengetahui ada orang yang mencurigakan, atau
situasi tertentu," ujar Hendra Fadli. [okezone]
Sementara juru bicara Komite Peralihan Aceh (KPA) Pusat Mukhlis Abee menegaskan peristiwa teror geranat yang terjadi di Banda Aceh dua hari ini bukan tindakan dan perbuatan dari anggota KPA.
“Tidak mungkin dari kalangan KPA, saya tau jika anggota saya yang melakukan itu,” katanya di Banda Aceh, Jumat (2.12/2011).
Mukhlis menjelaskan, berdasarkan pantauan dari situasi lapangan yang
dilakukan pihaknya atas dua kejadian pelemparan granat, adalah sesuatu
hal yang mustahil jika itu dilakukan anggota KPA dan mantan anggota GAM.
“Kita sudah melihat ke lapangan, dan menurut kami itu pasti dilakukan
oleh pihak-pihak yang tidak menginginkan terwujudnya perdamaian di
Aceh,” katanya.
Menurutnya, dari peristiwa teror pelemparan granat yang dalam sepekan
ini terjadi di Banda Aceh dimungkinkan adalah tindakan kontra
intelijen, dan permainan pihak-pihak tertentu yang ingin memprovokasi
masyarakat dan mengganggu keamananan dan ketenangan yang hari ini sudah
dirasakan oleh masyarakat.
“Itu tindakan kontra intelijen, untuk memancing suasana agar terjadinya kepanikan dan keresahan di masyarakat,” tuturnya.
Ditambahkannya, secara politik sikap KPA sangat jelas bahwa tetap berkomitmen mendukung proses perdamaian di Aceh.
“Bahwa kemudian kejelasan sikap politik ini kami wujudkan dengan
tidak mengikuti proses pelaksanaan pilkada Aceh, bukan berarti kami
kalah dan takut bersaing, dan atas hal itu kemudian kami ingin mengusik
kedamaian di Aceh. Itu, tidak,” ujarnya.
Disebutkan, secara politik pihaknya sudah menang, dan selama ini
anggota KPA dan mantan GAM berdiam diri dan tidak melakukan tindakan
apapun, karena patuh pada perjanjian MoU Helsinki, serta tidak ingin
mengusik perdamaian yang hari ini sudah dirasakan oleh rakyat
manfaatnya.
Untuk itu, Mukhlis Abee meminta kepada semua pihak, untuk tidak lagi
merekayasa segala bentuk teror yang dapat merusak perdamaian, karena
perdamaian yang hari ini terjadi di Aceh sangat mahal harganya.
“Kami juga meminta kepada masyarakat untuk tetap tenang dan tetap
beraktivitas dan tidak mudah terpancing dengan isu-isu dan propaganda
terkait dengan aksi teror yang sudah terjadi,” ujarnya.
“Hendaknya kita tidak mudah diadu domba terkait dengan aksi teror
ini, Insya Allah kita percayakan saja kepada penegak hukum untuk
mengungkap motif dan pelakunya,” katanya.[ant]