Sabtu, 03 Desember 2011

Ada Kejanggalan di Balik Teror Granat di Banda Aceh

  • KPA: Teror Bukan Dilakukan Anggota KPA
BANDA ACEH - Elemen sipil mengutuk aksi teror granat yang marak terjadi di Aceh dalam sepekan terakhir. Mereka menilai ada kejanggalan dalam aksi tersebut dan semua pihak diimbau untuk memusuhi para pelaku teror yang meresahkan tersebut. "Teror untuk tujuan apapun merupakan tindakan yang sangat merugikan bagi kematangan demokrasi dan kemajuan pembangunan di Aceh.

Dengan demikian pelaku teror harus ditempatkan sebagai musuh bersama masyarakat Aceh," kata Kordinator KontraS Aceh, Hendra Fadli di Banda Aceh, Jumat (2/12/2011). Peledakan granat yang terjadi di jalan Daud Beureueh, Lamprit Banda Aceh pada Selasa 29 November dan Kamis 1 Desember malam, dinilai sebagai aksi teror yang bertujuan untuk memunculkan keresahan masyarakat juga keresahan pada pihak-pihak tertentu. Menurut Hendra, ada kejanggalan dalam aksi teror granat belakangan ini, karena aksi ini justru terjadi di tengah mulai berkurangnya kisruh atau polemik antar elit politik terkait Pemilukada. "Patut diwaspadai teror tersebut bertujuan untuk memperuncing konflik antar kekuatan politik yang selama ini berseteru di Aceh, sehingga jalan kompromi dan rekonsilasi antar para pihak semakin tertutup," tutur Hendra. 

Elit politik yang berseteru selama ini diharapkan bertindak rasional dan tidak gegabah dalam menuduh, demi terciptanya situasi yang kondusif ditengah masyarakat. "Sangat tidak beradab jika ada kekuatan-kekuatan politik tertentu atau pihak-pihak lain yang sengaja membangun skenario kekerasan lalu mencari keuntungan dari keadaan tersebut." Sementara itu Sekjen Forum LSM Aceh, Sudarman A Puteh, menilai teror ini untuk menciptakan image kemanan buruk di Aceh. Ini terlihat karena teror granat selama ini terjadi di pusat kota Banda Aceh. Kota sebagai representasi yang biasanya menjadi indikator umum bagi banyak pihak untuk menilai baik atau tidaknya situasi sebuah daerahan. 

Menjadikan sasaran teror pada salah satu sekretariat suksesi calon Gubernur Aceh, dinilai sebagai upaya untuk mengaitkan aksi ini seolah bagian dari dinamika Pilkada. "Tentu saja semua orang akan mengaitkan teror ini bagian dari dinamika Pilkada Aceh dan kondisi ini tidak boleh dibiarkan karena akan berdampak negatif terhadap pembangunan Aceh dan berpengaruh buruk bagi banyak pihak," katanya. Masyarakat Aceh diharap tetap tenang dan berusaha keras untuk tidak tergoyahkan oleh pengkondisian kekerasan yang mulai digerakkan oleh pihak yang tak bertanggungjawab itu. "Mari kita tempatkan aksi teror sebagai musuh bersama. Minimal, masyarakat dapat memberikan informasi kepada Kepolisian terdekat jika mengetahui ada orang yang mencurigakan, atau situasi tertentu," ujar Hendra Fadli. [okezone]

Sementara juru bicara Komite Peralihan Aceh (KPA) Pusat Mukhlis Abee menegaskan peristiwa teror geranat yang terjadi di Banda Aceh dua hari ini bukan tindakan dan perbuatan dari anggota KPA.
  
“Tidak mungkin dari kalangan KPA, saya tau jika anggota saya yang melakukan itu,” katanya di Banda Aceh, Jumat (2.12/2011).

Mukhlis menjelaskan, berdasarkan pantauan dari situasi lapangan yang dilakukan pihaknya atas dua kejadian pelemparan granat, adalah sesuatu hal yang mustahil jika itu dilakukan anggota KPA dan mantan anggota GAM.

“Kita sudah melihat ke lapangan, dan menurut kami itu pasti dilakukan oleh pihak-pihak yang tidak menginginkan terwujudnya perdamaian di Aceh,” katanya.

Menurutnya, dari peristiwa teror pelemparan granat yang dalam sepekan ini terjadi di Banda Aceh dimungkinkan adalah tindakan kontra intelijen, dan permainan pihak-pihak tertentu yang ingin memprovokasi masyarakat dan mengganggu keamananan dan ketenangan yang hari ini sudah dirasakan oleh masyarakat.

“Itu tindakan kontra intelijen, untuk memancing suasana agar terjadinya kepanikan dan keresahan di masyarakat,” tuturnya.

Ditambahkannya, secara politik sikap KPA sangat jelas bahwa tetap berkomitmen mendukung proses perdamaian di Aceh.

“Bahwa kemudian kejelasan sikap politik ini kami wujudkan dengan tidak mengikuti proses pelaksanaan pilkada Aceh, bukan berarti kami kalah dan takut bersaing, dan atas hal itu kemudian kami ingin mengusik kedamaian di Aceh. Itu, tidak,” ujarnya.

Disebutkan, secara politik pihaknya sudah menang, dan selama ini anggota KPA dan mantan GAM berdiam diri dan tidak melakukan tindakan apapun, karena patuh pada perjanjian MoU Helsinki, serta tidak ingin mengusik perdamaian yang hari ini sudah dirasakan oleh rakyat manfaatnya.

Untuk itu, Mukhlis Abee meminta kepada semua pihak, untuk tidak lagi merekayasa segala bentuk teror yang dapat merusak perdamaian, karena perdamaian yang hari ini terjadi di Aceh sangat mahal harganya.

“Kami juga meminta kepada masyarakat untuk tetap tenang dan tetap beraktivitas dan tidak mudah terpancing dengan isu-isu dan propaganda terkait dengan aksi teror yang sudah terjadi,” ujarnya.

“Hendaknya kita tidak mudah diadu domba terkait dengan aksi teror ini, Insya Allah kita percayakan saja kepada penegak hukum untuk mengungkap motif dan pelakunya,” katanya.[ant]

 
Design by Safrizal Ilmu Politik UNIMAL | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | cheap international calls
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...; linkwithin_text='Baca Juga:'; Related Posts with Thumbnails