Sabtu, 10 Desember 2011

Mak Pah Menempuh Hidup Di Usia Senja, Namun Tetep Terus Berkarya

  • Bagaimana Dengan Nasip Rakyat Aceh ?
Sinar mentari belum juga menampakkan hidungnya, angin pagi terasa menusuk tulang, hampir semua orang asyik bermimpi diranjang masing masing, namun Mak Pah begitu sapaan wanita yang berusia hampir 85 tahun itu sudah memulai aktivitas menjual kelapa.

Tubuhnya yang sudah rapuh membuat mak Pah tidak bisa menggendong, namun dengan kereta dorong bekas dorongan bayi mak Pah tetep menyusuri jalan jalan protokol kota Pekalongan.

Setiap pagi setelah subuh, Mak Pah membeli buah kelapa di pasar Sentiling kota Pekalongan sebanyak 10 smapi 20 biji, lalu dia mendorongnya dengan menawarkan kepada warung warung yang ada dan perumahan. Satu buah kelapa biasanya untung Rp 500 sampai Rp 700,-

Namun nenek yang mengaku sebatang kara ini tetap tegar menghadapi badai kehidupan, mak Pah tetap berkarya untuk menghidupi dirinya sendiri.

Sayangnya Mak Pah yang sehari-hari berkerja sebagai pemembeli dan penjual kelapa harus menjalani hidupnya setiap hari menjelah subuh sampai sore hari. Sementara orang-orang yang berdasi panjang lebar hanya diam melihat kadaan Mak Pah yang tak seharusnya ia lakukan mengingat usiannya sudah melampaui batas.

Tidak salah juga negara kita yang menganut demokrasi sehingga memberika kebebasan kepada setiap warganega dalam melakukan aktifitas sejauh tidak bertentangan dengan aturan yang berlaku.

Namun demikian walaupun kita menjungjung tinggi demokrasi, jangan sampai rakyat menderita akibat kebebasan-kebesan yang diberikan negara dengan tidak mengontrol nasip yang dialami rakyat miskin seperti Mak Pah.

Nasip Rakyat Aceh ?
Bagaimana dengan Aceh yang selama beberapa tahun ini daerah tersebut mendapat perhatian serius dari pemerintah pusat yaitu otonomi khusus (otsus), sehingga rakyat Aceh dengan sendirinya dapat meningkatkan pembangunan daerah melalui dana yang melimpah ruah dari otsus Aceh itu.

Sementara, hampir 3 tahun lebih pemerintah Aceh memanfaatkan dana tersebut dengan melakukan berbagai program dalam mencapai stabilitas pembangunan Aceh pasca konflik dan stunami yang melanda Aceh pada 26 Desember 2004 lalu.

Alhasil yang tercapai hari ini masih menuai kesenjangan di setiap daerah dalam Propinsi di ujung barat pulau sumatra itu. Tak lain kesenjangan itu berupa ekonomi yang belum maksimal dalam kehidupan rakyat Aceh sehari-hari, sehingga meningkatnya jumlah pengemis jalan, meningkatnya kriminal baik perampokan, pembunuhan, pengencaman, penembakan, PSK, maupun kekerasan dalam rumah tangga.

Namun sayangnya pembangunan Aceh belum tersentuh langsung dengan kehendak rakyat karena manyorintas program tersebut di buat ditingkat atas bukan dimulai melalui jajak pendapat dalam desa dengan melibatkan rakyat paling bawah secara penuh.[Saf-Pembangunan Politik]


 
Design by Safrizal Ilmu Politik UNIMAL | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | cheap international calls
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...; linkwithin_text='Baca Juga:'; Related Posts with Thumbnails