- Bagaimana Dengan Nasip Rakyat Aceh ?
Tubuhnya yang sudah rapuh
membuat mak Pah tidak bisa menggendong, namun dengan kereta dorong bekas
dorongan bayi mak Pah tetep menyusuri jalan jalan protokol kota Pekalongan.
Setiap pagi setelah subuh, Mak Pah membeli buah kelapa di pasar Sentiling kota Pekalongan sebanyak 10 smapi 20 biji, lalu dia mendorongnya dengan menawarkan kepada warung warung yang ada dan perumahan. Satu buah kelapa biasanya untung Rp 500 sampai Rp 700,-
Namun nenek yang mengaku
sebatang kara ini tetap tegar menghadapi badai kehidupan, mak Pah tetap
berkarya untuk menghidupi dirinya sendiri.
Sayangnya Mak Pah yang
sehari-hari berkerja sebagai pemembeli dan penjual kelapa harus menjalani
hidupnya setiap hari menjelah subuh sampai sore hari. Sementara orang-orang yang
berdasi panjang lebar hanya diam melihat kadaan Mak Pah yang tak seharusnya ia
lakukan mengingat usiannya sudah melampaui batas.
Tidak salah juga negara
kita yang menganut demokrasi sehingga memberika kebebasan kepada setiap
warganega dalam melakukan aktifitas sejauh tidak bertentangan dengan aturan
yang berlaku.
Namun demikian walaupun
kita menjungjung tinggi demokrasi, jangan sampai rakyat menderita akibat
kebebasan-kebesan yang diberikan negara dengan tidak mengontrol nasip yang
dialami rakyat miskin seperti Mak Pah.
Namun sayangnya pembangunan Aceh belum tersentuh
langsung dengan kehendak rakyat karena manyorintas program tersebut di buat
ditingkat atas bukan dimulai melalui jajak pendapat dalam desa dengan melibatkan
rakyat paling bawah secara penuh.[Saf-Pembangunan Politik]
Nasip Rakyat Aceh ?
Bagaimana dengan Aceh
yang selama beberapa tahun ini daerah tersebut mendapat perhatian serius dari
pemerintah pusat yaitu otonomi khusus (otsus), sehingga rakyat Aceh dengan
sendirinya dapat meningkatkan pembangunan daerah melalui dana yang melimpah
ruah dari otsus Aceh itu.
Sementara, hampir 3 tahun
lebih pemerintah Aceh memanfaatkan dana tersebut dengan melakukan berbagai
program dalam mencapai stabilitas pembangunan Aceh pasca konflik dan stunami
yang melanda Aceh pada 26 Desember 2004 lalu.
Alhasil yang tercapai hari ini masih
menuai kesenjangan di setiap daerah dalam Propinsi di ujung barat pulau sumatra
itu. Tak lain kesenjangan itu berupa ekonomi yang belum maksimal dalam
kehidupan rakyat Aceh sehari-hari, sehingga meningkatnya jumlah pengemis
jalan, meningkatnya kriminal baik perampokan, pembunuhan, pengencaman,
penembakan, PSK, maupun kekerasan dalam rumah tangga.