Kekurangan APBN Karena Korupsi
Akibatnya siswa SD dan SMP terancam nyawa. Pemerintah dari Rakyat untuk pejabat berdasi alias tikus-tikus kantor
Mesjid Raya Baiturrahman Banda Aceh
Mesjid ini terletak di Nanggroe Aceh Darussalam yang tepatnya di Kota Banda Aceh
Kekurangan APBN Akibat Korupsi
Kekurangan APBN akibat korupsi sehingga mengancam siswa Sekolah Dasar
Aksi Mahasiswa Menolak Pembangunan Gedung DPR RI
Mahasiswa menolak rencana pembangunan gedung DPR RI yang baru.
This is featured post 1 title
Replace these every slider sentences with your featured post descriptions.Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha - Premiumbloggertemplates.com.
This is featured post 2 title
Replace these every slider sentences with your featured post descriptions.Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha - Premiumbloggertemplates.com.
This is featured post 3 title
Replace these every slider sentences with your featured post descriptions.Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha - Premiumbloggertemplates.com.
This is featured post 4 title
Replace these every slider sentences with your featured post descriptions.Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha - Premiumbloggertemplates.com.
Kamis, 30 Juni 2011
Paya Bakong
Ribuan Warga Ikuti Gerakan Sadar Lingkungan 2011
tanam seribu pohon dalam Gerakan Sadar Lingkungan 2011 yang dilaksanakan di Masjid Baitul
Ma’bud di perbatasan Desa Blang Gunci dan Desa Nga, Kecamatan Paya Bakong, Aceh
Utara, Selasa (28/9) pagi.
Turut hadir Wakil Gubernur Aceh Muhammad Nazar, Dandim Aceh Utara Letkol CZI
Wachyono, Kapolres Aceh Utara AKBP Farid BE, Rektor Universitas Malikusaleh,
Badan Lingkungan Hidup (BLH) Aceh Utara, Muspika Paya Bakong, tokoh ulama dan
puluhan perangkat desa di Kecamatan Paya Bakong. Plus ribuan masyarakat.
Acara yang bertemakan, “Peduli Lingkungan Untuk Masa Depan” itu diselenggarakan
oleh Badan Eksekutif Mahasiswa Universitas Malikusaleh (BEM- Unimal), selama dua
hari, yakni Selasa (28/6) dan Rabu (29/6).
Wakil Gubernur Aceh Muhammad Nazar dalam sambutannya mengajak seluruh
masyarakat Aceh untuk membuang filosofi tentang potong hutan (pohon) untuk
mendapatkan uang dan menggantinya dengan prinsip tanam hutan (pohon) untuk dapat
uang.
“Moratorium logging (jeda tebang hutan) yang dikeluarkan Pemerintah Aceh pada 6 Juni
2007 lalu, bukan untuk memiskinkan masyarakat Aceh. Namun, merupakan langkah
tepat untuk menyelamatkan hutan. Program itu sangat efektif untuk menghentikan illegal
logging, dan menjaga keanekaragaman hayati serta memperbaiki ekonomi masyarakat.
Lagipula masyarakat masih bisa mengelola perkebunan dan hutan alam,” papar Nazar.
Menurut Wagub, peran itu dapat terwujud jika dijalankan secara statemik dan terintegrasi
dengan prinsip menjaga lingkungan dan mewujudkan hutan Aceh secara produktif. “Jika
itu bisa dilaksanakan, maka masyarakat Aceh akan sejahtera, khususnya bagi masyarakat
yang tinggal di kawasan pinggiran hutan. Sehingga tidak ada lagi yang berada di bawah
garis kemiskinan,” tandas Muhammad Nazar.(zfl)
Sabtu, 25 Juni 2011
Aceh Damai Merdeka Abadi (puisi)
Latar Belakang Forum
Forum Kajian Mahasiswa Ilmu Politik Aceh (FMIPOL Aceh)
LOGO FKMIPOL ACEH |
A. Latar Belakang Forum
Jumat, 24 Juni 2011
ORIENTALIS DAN KEBUDAYAAN ISLAM
“Rukun keenam dan terakhir daripada rukun akidah Islam (rukun iman) ialah jabariah.1 Sebagian besar kemenangan Muhammad dalam perang didasarkan kepada ajaran ini. Segala peristiwa yang terjadi dalam hidup sudah ditentukan lebih dulu oleh takdir Tuhan, sudah tertulis dalam ‘Papan Abadi’2 sebelum Tuhan menciptakan alam ini, dan bahwa nasib dan ajal manusia semua sudah ditentukan, sudah tak dapat dielakkan lagi. Dengan cara apa pun menurut kemampuan usaha dan pikiran manusia, sudah tak dapat dimajukan lagi. Dengan keyakinan ini kaum Muslimin terjun ke medan perang tanpa merasa takut sama sekali. Kalau mati dalam pertempuran demikian ini sama dengan mati syahid yang akan langsung masuk surga, maka mereka yakin salah satu ini pasti akan mereka capai -syahid atau menang.
“Ajaran yang menentukan, bahwa manusia tidak berdaya dengan kemauannya yang bebas itu untuk menghindari dosa atau selamat dari siksa, sebagian kaum Muslimin menganggapnya bertentangan dengan keadilan dan rahmat Tuhan. Beberapa golongan timbul. Mereka berusaha dan terus berusaha hendak meringankan dan memberi penjelasan mengenai ajaran yang membingungkan ini. Tetapi jumlah yang masih sangsi tidak banyak. Mereka ini tidak termasuk golongan Sunnah (orthodoks).
“Muhammad mendapat inspirasi tentang ajaran ini tepat pada waktunya. Memang ini ilham yang luar biasa terjadi pada waktu yang tepat sekali. Kejadian ini persis sesudah Perang Uhud yang malang itu, yang tidak sedikit makan korban sahabat-sahabatnya, termasuk Hamzah pamannya. Ketika itulah, tatkala kesedihan dan kegelisahan sedang mencekam hati sahabat-sahabat yang mengelilinginya, peraturan ini dikeluarkan—bahwa manusia tak dapat mengelak dari kematian, bila ajal sudahm tiba, sama saja di tempat tidur atau di medan perang ...
“Kiranya orang takkan dapat melukiskan suatu ajaran yang lebih tepat dari ini untuk mendorong sekelompok tentara yang bodoh tidak berpengalaman itu menyerbu secara buas ke medan perang. Mereka sudah diyakinkan, kalau hidup mendapat rampasan perang, kalau mati mendapat surga! Karena ajaran ini juga tentara Muslimin sudah hampir tak dapat dikalahkan lagi. Akan tetapi ini juga yang mengandung racun yang akan menghancurkan kekuasaan Islam itu. Begitu pengganti-pengganti Nabi itu berhenti sebagai penakluk, begitu mereka menyarungkan kembali pedangnya untuk selama-lamanya, ajaran jabariah ini pun mulai pula mengerumit (menggerogoti) untuk merusak. Urat-saraf Muslimin sudah peka terhadap perdamaian, juga sudah peka terhadap kekayaan materi yang dibolehkan oleh Qur’an, dan yang merupakan pemisahan yang tajam antara prinsip-prinsip ini dengan agama Kristen, agama suci dan kasih sayang. Seorang Muslim yang ditimpa kemalangan menganggapnya sebagai nasib yang sudah ditakdirkan Tuhan dan tak dapat dihindarkan, jadi harus tunduk dan menerima, selama segala daya upaya dan pikiran manusia memang tidak berguna.
“Rumus yang berbunyi: “Tolonglah dirimu, Tuhan akan menolongmu” dipandang oleh pengikut-pengikut Muhammad tak dapat dilaksanakan, bahkan sebaliknya yang mereka ambil. Dari sanalah salib berhasil mengikis bulan sabit. Adanya bulan sabit ini sampai sekarang di Eropa - yang pada suatu waktu pernah mencapai kekuatan yang luar biasa hanyalah karena perbuatan negara-negara Kristen yang besar-besar; atau lebih tepat lagi: karena persaingan mereka sendiri. Bertahannya bulan sabit itu barangkali untuk menjadi bukti yang baru, bahwa: “barang siapa menggunakan pedang akan binasa oleh pedang.”
Demikianlah kata-kata Washington Irving, orang yang dengan studinya itu belum memungkinkan ia dapat menangkap jiwa Islam dan dasar kebudayaannya. Salah sekali pendapatnya dalam mengartikan soal al-qadza wal-qadar (kadar atau takdir) serta soal ajal itu. Barangkali dia masih dapat dimaafkan mengingat beberapa buku Islam yang dijadikan bahan bacaannya membuat dia berpendirian demikian itu. Tetapi sebaliknya Qur’an, tidak dapat diukur dengan kalimat “Tolonglah dirimu, Tuhan akan menolongmu” dari segi kuatnya dorongan Qur’an supaya orang percaya kepada diri sendiri, dan bahwa manusia mendapat imbalan sesuai dengan perbuatan serta niat yang melahirkan perbuatan itu.
“Katakan: ‘Wahai umat manusia! Kebenaran dari Tuhan sudah datang. Barang siapa menurut jalan yang benar, maka kebenaran itu buat kebaikan dirinya, dan barang siapa menjadi sesat, dia sesat karena dirinya juga’.” (Qur’an, 10: 108.)
“Barang siapa menghendaki keuntungan akhirat akan Kami tambahkan keuntungan itu, dan barangsiapa menghendakikeuntungan dunia akan Kami berikan juga. Tetapi di akhirat ia tidak mendapat bagian.” (Qur’an, 42: 20)
“Tuhan tidak akan mengubah nasib sesuatu golongan kalau mereka tidak mengubah nasib mereka sendiri.” (Qur’an, 13: 11.)
Dan contoh serupa ini banyak sekali dalam Qur’an. Jelas sekali ia menunjukkan bahwa manusia mendapat pahala atau mendapat siksa sumbernya pada kehendak dan perbuatannya sendiri. Tuhan mendorong manusia berusaha dan mencari rejeki untuk makannya di muka bumi ini. Mereka disuruh berjuang di jalan Allah dengan ayat-ayat yang cukup jelas dan kuat seperti yang sudah kita baca sebagian dalam buku ini. Ini sama sekali tidak sesuai dengan apa yang dikatakan Irving dan beberapa penulis Barat, bahwa Islam agama tawakal, serba tak acuh dan pasrah, mengajar pemeluknya bahwa mereka tidak berkuasa atas diri mereka sendiri untuk mendatangkan kebaikan atau keburukan, jadi tak ada gunanya mereka berusaha dan berkehendak, sebab usaha dan kehendaknya tergantung kepada takdir Tuhan. Kalau kita berusaha dan ditakdirkan takkan memberi hasil atas usaha kita, tidak akan berhasil juga. Sebaliknya kalaupun kita tidak berusaha tapi sudah ditakdirkar; kita akan menjadi orang kaya, orang kuat atau menjadi orang beriman, kita pun akan jadi demikian tanpa ada usaha atau kerja. Ayat-ayat yang sudah kita kemukakan itu menolak dan bertentangan sekali dengan pendapat ini.
Mereka-yang menghubungkan sikap tawakal kaum Muslimin pada masa-masa belakangan ini berpegang pada ayat terakhir, seperti firman Tuhan ini:
“Nyawa yang harus menemui kematiannya, hanyalah dengan ijin Tuhan, sebab waktunya sudah ditentukan.” (Qur’an, 3: 145).
“Setiap umat sudah mempunyai waktunya tertentu. Apabila sudah tiba waktunya, mereka takkan dapat mengundurkan atau memajukannya barang sedikit pun juga.” (Qur’an, 7: 34).
“Setiap peristiwa yang terjadi di bumi dan pada dirimu sendiri sudah ditentukan terlebih dulu sebelum Kami menciptakannya. Buat Tuhan hal semacam ini mudah sekali.” (Qur’an, 57: 22).
“Katakan: Takkan ada yang menimpa kita, kalau tidak sudah ditentukan Tuhan kepada kita. Dialah Pelindung kita, dan orang-orang yang beriman kepadaNya-lah mempercayakan diri.” (Qur’an, 9: 51)
Sebenarnya ayat-ayat itu dan yang sejalan dengan itu telah melukiskan suatu kenyataan ilmiah yang telah diakui pula oleh sebagian besar filsuf-filsuf dan sarjana-sarjana Barat dengan diberi nama mazhab jabariah (fatalisma) juga dan menghubungkan pengertian jabr (nasib) ini kepada hukum alam dan sejumlah kehidupan biologis yang ada, sebaliknya daripada akan menghubungkannya kepada kehendak dan kekuasaan Allah. Mazhab yang sudah diakui oleh sebagian besar filsuf-filsuf Barat ini tidak lebih puas, tidak lebih toleran, juga tidak lebih sesuai untuk umat manusia daripada mazhab filsafat yang disarikan dari Qur’an Suci itu, seperti yang akan kita lihat nanti.
Jabariah ilmiah (scientific determinism) ini berpendapat, bahwa ikhtiar3 yang ada pada kita dalam kehidupan ini ialah ikhtiar nisbi dengan nilai yang kecil sekali, sedang pendapat tentang ikhtiar nisbi ini lebih banyak bergantung kepada keperluan hidup sosial dari segi praktisnya daripada kepada kenyataan ilmiah atau filsafat. Kalau mazhab ikhtiar ini tidak dijadikan suatu keputusan, akan sulit juga masyarakat menemukan suatu patokan sebagai dasar hukumnya dan batas-batasnya, akan menyusun suatu pola kehidupan dan tingkah laku setiap orang yang sudah ditentukan hukumannya itu, dengan suatu hukuman pidana atau perdata.
Memang benar, bahwa di kalangan sarjana-sarjana dan ahli-ahli hukum itu ada juga yang tidak mendasarkan patokan hukumannya kepada pengertian jabr dan ikhtiar (nasib dan usaha, atau sengaja dan tidak sengaja), melainkan kepada reaksi yang terjadi yang sudah merupakan pegangan masyarakat yang hendak menjaga eksistensi mereka, dan yang juga berlaku buat individu yang hendak menjaga eksistensinya pula. Buat masyarakat yang berpegang kepada reaksi ini sama saja, apakah individu itu bertindak atas kemauan sendiri atau tidak atas kemauan sendiri. Akan tetapi tindakan secara ikhtiar (dengan sadar) ini pada sebagian besar ahli-ahli hukum tetap merupakan dasar dalam menjatuhkan hukuman. Sebagai alasannya ialah orang yang sudah kehilangan kebebasan atau kemauan, seperti orang gila, anak kecil atau orang dungu, ia tidak dikenakan hukuman atas perbuatannya seperti terhadap orang dewasa yang sudah dapat membedakan mana yang baik dan mana yang buruk.
Kalau pertimbangan-pertimbangan praktis dalam yurispruden perundang-undangan ini kita kesampingkan dan kita hanya mau mencurahkannya kepada kenyataan ilmiah dan filsafat, maka kita melihat jabariah inilah kenyataannya. Tak ada orang yang dapat memilih pada zaman mana ia mau dilahirkan, pada bangsa apa, pada lingkungan mana, juga ibu bapa yang siapa, dengan segala kekayaan dan kemiskinannya, dengan segala kelebihan dan kekurangannya. Juga bukan karena dia pria atau wanita, bukan karena peristiwa-peristiwa yang terjadi di sekitarnya - dalam banyak hal - yang akan menjadi faktor utama dalam membentuk dan mengarahkan segala pekerjaan dan kehidupannya. Mengenai mazhab ini Hippolyte Taine menyatakan: “Manusia itu produk lingkungannya.”
Tidak sedikit kalangan sarjana dan para filsuf yang mendukung kenyataan ini, sampai-sampai mereka mengatakan bahwa kalau dunia kita dapat mencapai pengetahuan mengenai segala hukum dan rahasia hidup manusia ini seperti pengetahuan yang sudah diketahuinya dalam hukum tata surya, tentu orang akan dapat menentukan nasib setiap individu atau masyarakat dengan pasti sekali, seperti yang dilakukan oleh ahli-ahli ilmu falak yang secara pasti sudah dapat menentukan waktu-waktu akan terjadinya gerhana matahari atau bulan. Namun begitu, tidak ada orang baik di Barat atau di Timur - yang mengatakan bahwa mazhab jabariah ini merintangi orang dalam usahanya mencapai sukses dalam kehidupan, atau akan merintangi bangsa-bangsa untuk terjun ke tempat yang paling baik, juga tak ada yang mengatakan bahwa bangsa-bangsa yang menganut mazhab ini akan mengalami kemunduran. Sungguh pun begitu namun mazhab fatalisma di Barat tidak memberikan dorongan kepada orang supaya berusaha dan bekerja seperti yang terdapat dalam ayat-ayat Qur’an tentang tanggung awab manusia terhadap pekerjaannya.
“Dan bahwa manusia hanya memperoleh apa yang diusahakannya. Dan hasil usahanya itu akan terlihat juga.” (Qur’an 53: 39 - 40)
Bahkan jabariah Islam ini lebih besar memberi dorongan orang berusaha untuk kebaikan dan untuk mendapatkan hasil rejekinya dari pada fatalisma di Barat. Kedua mazhab ini memang sudah bertemu bahwa dalam alam ini sudah ada hukum-hukum yang tak dapat diubah atau diganti, dan semua yang ada dalam alam ini tunduk kepada hukum-hukum tersebut. Juga manusia tunduk seperti yang lain yang ada dalam alam ini. Tetapi fatalisma ini menundukkan orang kepada lingkungannya dan cara yang turun-temurun yang sudah tak dapat lagi dihindari dan membuat iradat manusia harus tunduk kepada lingkungannya. Dalam hal ini sudah tak ada jalan lagi ia dapat mengubah diri. Sebaliknya Qur’an mengajak iradat setiap individu atas dasar rasio menuju ke arah yang lebih baik, dan diingatkannya bahwa bilamana hasil yang baik itu sudah ditentukan buat mereka, maka itu adalah atas usaha mereka sendiri dan mereka tidak akan mendapat hasil yang baik dengan seenaknya saja tanpa usaha.
“Tuhan tidak akan mengubah nasib sesuatu golongan kalau mereka tidak mengubah nasib mereka sendiri.” (Qur’an, 13: 11)
Sikap serba tak acuh sama sekali bukan tawakal4 kepada Allah. Dengan bertawakal kepada Allah tidak mungkin orang hanya akan bertopang dagu berpeluk lutut dan meninggalkan segala yang diperintahkan Tuhan. Bahkan sebaliknya, ia harus bekerja keras untuk itu, seperti dalam firman Allah:
“Kalau engkau telah berketetapan hati, tawakallah kepada Allah.”
Jadi ketetapan hati dan iradat ini harus mendahului tawakal. Kita sudah berketetapan hati, lalu kita bertawakal kepada Allah, kita mencapai tujuan kita berkat itu juga. Apa yang patut kita tuju hanya Dia semata, kita patut bersikap takut hanya kepadaNya semata - kita akan mencapai semua hasil yang baik itu berdasarkan undang-undang Tuhan dalam alam ini. Undang-undang Tuhan takkan berubah dan tidak akan berganti-ganti. Hasil yang baik ini yang harus menjadi tujuan kita sampai usaha kita mencapai sukses, atau kita akan mati karenanya. Hasil usaha baik yang kita capai adalah dari Tuhan. Segala bencana yang menimpa kita karena perbuatan kita sendiri dan karena kita menempuh jalan bukan ke jalan Allah. Jadi segala kebaikan dari Tuhan dan segala kesesatan dan kejahatan dari perbuatan setan.
Tentang kekuasaan Tuhan mengetahui segala yang terjadi dalam alam sebelum Tuhan menciptakan alam, dan bahwa Tuhan Maha Agung
“... tiada yang tersembunyi padaNya barang seberat atom pun di langit dan di bumi, tiada yang lebih besar atau lebih kecil dari itu, semua sudah dalam Kitab yang nyata,” (Qur’an, 34: 3.)
Apabila sarjana-sarjana berpendapat seperti yang sudah kita kemukakan tadi, bahwa bila ilmu yang positif dapat mengetahui rahasia-rahasia dan undang-undang kehidupan manusia, mengetahui apa yang sudah ditentukan setiap individu dan masyarakat, seperti halnya dalam menentukan waktu-waktu akan terjadinya gerhana matahari dan bulan, maka keimanan kepada Allah tidak bisa lain berlaku juga keimanan kepada kekuasaanNya yang mengetahui segalanya sebelum alam ini diciptakan. Apabila seorang arsitek bangunan yang membuat sebuah rencana rumah atau gedung serta menantikan dilaksanakannya rencana itu, dapat mengetahui sampai berapa lama kekuatan bangunan itu dan bagian-bagiannya yang mungkin akan bertahan selama beberapa tahun lagi; demikian juga sarjana-sarjana ekonomi berpendapat, bahwa hukum ekonomi pun memberi kepastian kepada mereka untuk mengetahui adanya krisis atau kemakmuran yang akan terjadi dalam kehidupan dunia ekonomi, maka memperdebatkan ilmu Tuhan mengenai segala yang kecil dan yang besar yang menjadi ciptaanNya dalam alam ini sifatnya akan sangat merendahkan Tuhan, suatu hal yang tak dapat diterima oleh akal sehat.
1 Paham jabariyah ini mengatakan bahwa Tuhan menciptakan manusia dengan perbuatannya, sehingga manusia tak dapat berbuat lain daripada yang sudah ditakdirkan Tuhan (lihat catatan di bawah). Paham ini sering disamakan dengan ‘fatalisma’ dan ‘predestination.’ Sebaliknya dari paham ini ialah qadariyah yang berpendapat bahwa Tuhan hanya menciptakan manusia tapi tidak menciptakan perbuatannya. Kedua aliran paham ini timbul sekitar abad ke-8 M. Menurut Qur’an (2: 177) rukun iman ada lima, yang keenam, yaitu jabariyah tidak ada. Paham ini didasarkan kepada hadis, yang menurut beberapa ahli sanadnya tidak begitu kuat dan dianggap bertentangan dengan Qur’an (A).
2 Yang dimaksud dengan ‘papan abadi’ tentunya ialah ‘al-lauh’l-mahfuz’ yang secara harfiah ‘papan tulis yang terjaga’ dan secara awam kadang diartikan, bahwa segala perbuatan nasib manusia sudah ditakdirkan dan tertulis lebih dulu dalam ‘papan’ ini, sehingga manusia sudah tak dapat mengelak lagi. Padahal arti ‘lauh mafhuz’ yang sebenarnya ialah Qur’an (85: 21-22) yang terjaga, yang takkan pernah dapat dipalsu atau diubah oleh tangan manusia (15: 9). Juga tidak sekali-kali dalam arti materi terbuat dari batu, kayu dan sebagainya (A).
3 Ikhtiar disini berarti kemauan bebas atau free will, atau sengaja, sebaliknya daripada jabariyah atau fatalisma (A).
4 Tawakal atau tawakkal berarti mempercayakan diri kepada Allah setelah segala usaha dan daya upaya dilakukan, atau seperti kata pepatah ‘habis akal barulah tawakal’ (A).
Rabu, 22 Juni 2011
Syariat Islam Di Intervensi
Himpunan Mahasiswa Ilmu Politik (HIMIPOL) Unimal
Kegiatan Mahasiswa Ilmu Politik (HIMIPOL)
1.
Sejarah
Himpunan Mahasiswa Ilmu Politik, lahir pada saat Aceh masih dilanda konflik yang berkepanjangan dengan status Darurat Militer, lahirnya HIMIPOL pada tanggal 23 Desember 2003 dari hasil Musyawarah Besar Himpunan Mahasiswa Ilmu Politik, tidak lepas dari perkembangan dan situasi politik di Indonesia khususnya pasca perjanjian damai antara RI dan GAM di Helsingki, Filandia, Himpunan Mahasiswa Ilmu Politik yang lebih dikenal di kalangan masyarakat dengan singkatan HIMIPOL berhasil membuat sebuah arus perubahan yang luar biasa dalam tantanan kehidupan politik masyarakat dewasa ini. Dari hasil seminar-seminar yang diadakan oleh HIMIPOL telah bisa memberikan kontribusi yang luar bisa bagi mahasiswa ilmu politik sendiri dan pada masyarakat luas pada umumnya dalam melihat perkembangan politik dan situasi politik pada saat ini
2.
Visi dan Misi
Visi ( Menciptakan mahasiswa yang kreatif, inovatif dan kebersamaan)
Misi ( Melahirkan mahasiswa yang dapat menjadi agent perubahan dan aktifis politik yang berkualitas)
3.
Program yang berhasil dilaksanakan
1. Pertemuan Nasioanal Aososiasi Mahasiswa Ilmu Politik Se- Indonesia
2. Pertemuan dengan Mentroe Malik Mahmud
3. Pelatihan Kepemimpinan
4. Seminar bersama Tgk. Ilyas Pasee (Bupati Aceh Utara) dan Tgk. Suaidi Yahya (Wakil Walikota Lhokseumawe)
5. Pertandingan Bola Voly HIMIPOL Cup-1 Prodi Ilmu Politik Se-Jurusan Universitas Malikussaleh yang di ikuti 18 jurusan.
6. Pertemuan dengan anggota fraksi FPKS MPR/DPR di Jakarta
7. Pertemuan Mahasiswa Aceh Se-Indonesia bulan Juli 2007 ini di Gest House PT. Arun LNG. ( dalam proses)
8. Pertemuan dengan Walikota Sabang pada bulan November 2007 ini, sekaligus wisata bersama mahasiswa ilmu politik.
9. Pelatihan Advokasi Politik Se BEM Aceh Utara dan Kota Lhokseumawe, dll
4.
Susunan Pengurus Himpunan Mahasiswa Ilmu Politik (HIMIPOL) 2007/2008
Ketua Umum : Sulaimi Zamnur
Wakil Ketua : M.Ridwan
Sekretaris Umum : Murhaban
Wakil Sekretaris : Mawardi
Bendahara : A. Refki
Departemen-Departemen
1. Departemen Minat dan Bakat : Anis Maulizar
2. Departemen Pendidikan, Penelitian dan Pelatihan : Hijjul Fajri
3. Departemen Agama : Saiful Bahri
4. Departemen Pemberdayaan Perempuan : Yuni Sari Safitri
5. Departemen Pegembangan Organisasi : T. Facrurizal
6. Departemen Kerjasama antar mahasiswa dan lembaga : Lukman Hakim
7. Departemen Advokasi, Komunikasi dan Politik : Irwansyah
8. Departemen SDM
Komentar Mereka tentang HIMIPOL Jurusan Ilmu Politik :
Saiful Bahri (Pengurus DPM Universitas)
Saya salut dengan HIMIPOL Jurusan Ilmu Politik, karena dengan kondisi Aceh saat ini masih belum konduktif dan efesien dengan baik, mereka berani tampil kedepan, baik membuat kegiatan seminar dan pertemuan yang luar biasa meriahnya.
Muktaruddin (Aktifis Gerakan Mahasiswa Politik Aceh, GeMPA)
Saya kagum dengan adanya rasa kebersamaan antara mahasiswa Ilmu Politik dalam memajukan HIMIPOL, majulah HIMIPOL Jurusan Ilmu Politik, kalian pasti besar, disegani dan berwibawa. Karena pundak perubahan kedepan ada ditangan kaliah semuanya, dan kami dari Gerakan Mahasiswa Politik Aceh berada dibelakang kalian dalam setiap langkah, hidup.......hidup.....Ilmu Politik.
5.
Photo Kegiatan Himpunan Mahasiswa Ilmu Poitik (HIMIPOL) Prodi / Jurusan Ilmu Politik
Seminar bersama Ilyas Pasee dan Suaidi yahya di Aula Meurah silue yang di hadiri oleh kepala Dinas, tokoh akademisi, Ormas dan Aktifis kampus
Bupati Aceh Utara dan Wakil Walikota Lhokseumawe sedang memberikan seminar tentang Transformasi Politik dan Strategi Pembanguan Aceh Baru
Photo bersama para panitia , dekan, peserta dan wakil walikota lhokseumawe dalam acara pertandingan voly ball HIMIPOL-Cup-1 di Lap. Acc Gor Cunda
Pertandingan voly berlangsung seru dalam rangka memperebutkan juara pertama Piala HIMIPOL Cup-1
Profesor Bachtiar Aly, guru besar UI sedang memberikan materi seminar pada acara pertemuan nasional AMIPI-HIMIPOL, yang di dampingi oleh Rektor dan Dekan Fakultas Ilmu Sosila & Ilmu Politik
Photo kenang-kenangan bersama Wakil Gubernur dan walikota sabang bersama mahasiswa ilmu politik se- Indonesia pada acara AMIPI-HIMIPOL dengan ceria dan penuh kebersamaan
Wakil gubernur dan walikota sabang sedang mempaparkan materi di Aula Sekdakot Kota Lhokseumawe. Dalam pertemuan mahasiswa ilmu politik se-Indonesia
Seminar dan Worshop bersama Himpunan Mahasiswa Ilmu Politik, Jurusan Ilmu Politik, yang diikuti ratusan peserta dari berbagai organisasi, yang disiarkan langsung oleh Radio Republik Indonesia
sumber http://www.unimal.ac.id